Thursday, May 14, 2020


TUGAS
PERKEMBANGAN HEWAN
“MEKANISME MENDASAR PERKEMBANGAN NORMAL DAN ABNORML”






OLEH:

KELOMPOK 6

1.      ANNISA MUHAIMIN HIDAYATI  ( A1J1 18 030 )    SEBAGAI EDITOR
2.      FATIMAH NUTTAHIRAH                ( A1J1 18 009 )   SEBAGAI PENCARI MATERI
3.      HAFIFAH                                            ( A1J1 18 002 )   SEBAGAI PENCARI MATERI
4.      MUHAMAD ARSYAD                      ( A1J1 18 035 )    SEBAGAI PENCARI MATERI
5.      NUR AZIZA                                        ( A1J1 18 020 )   SEBAGAI PENCARI MATERI
6.      NURUL FITRIYANI. B                      ( A1J1 18 046 )    SEBAGAI PENCARI MATERI
7.      RINA                                                    ( A1J1 18 025 )   SEBAGAI PENCARI MATERI
8.      YULINDA KRISNA DWIPAYANTI  ( A1J1 18 062 )    SEBAGAI PENCARI MATERI
9.      YUNI ELYSAPUTRI                          ( A1J1 18 015 )    SEBAGAI PENCARI MATERI
10.  MARTHA SANTI BURDAM            ( A1J1 16 110)     -
11.  DELFIANA RABIATUL ISMI M.I    (A1J1 16 056)     SEBAGAI PEMIMPIN                                                                                                            PRESENTASE



JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020


1.      PENGERTIAN PERKEMBANGAN NORMAL DAN ABNORMAL
            Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi pada setiap makhluk hidup untuk menuju kedewasaan dalamm kehidupan perkembangan terbagi menjadi 2 yaitu perkembangan normal dan abnormal
a.       Pengertian Perkembangan normal
Perkembangan normal adalah perkembangan yang di anggap normal yang umumnya memiliki mental yang sehat, genetik, nutrisi yang seimbang dan kesehatan ibu baik saat kehamilan, tidak terjadi cidera, dan tersimulasi dengan optimal (Padila, 2019). Pada perkembangan normal memiliki ciri-ciri seperti:
·                         Menunjukan perkembangan otak yang sangat signifikan khususnya pada usia 1-3 tahun.
·                         Dilihat dari psikologinya anak yang normal mampu berinteraksi dengan orang tua
·                         Bagaimana anak merespon apa yang dilakukan orang tua terhadap anak
·                         Dapat berinteraksi dengan lingkungannya (Padila, 2019: 246 dan 248).
·                         Perkembangan motorik halus berkembang secara normal (Kusumaningtiyas Kharisma, 2016: 52).
b.      Pengertian Perkembangan abnormal
Perkembangan abnormal adalah  perkembangan yang menyimpang dari perkembangan yang normal. Sehingga dapat menyebabkan kecacatan, kecacatan tersebut dapat berupa cacat fisik, cacat motorik, cacat sosial, cacat mental, dan lain sebagainya. Perkembangan abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Akan tetapi, perkembangan abnormal juga berkaitan dengan perkembangan yang lebih cepat atau yang lebih bagus dari pada rata-rata (atosokhi .2013). pada perkembangan abnormal memiliki ciri-ciri seperti:
·                         adaptif harian terganggu/rusak.
·                         Perilaku yang dianggap menyimpang
·                         Kurang dapat berinteraksi dengan banyak orang (atosokhi, 2013).

2.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NORMAL

a.      Nutrisi
Nutrisi dapat meliputi yang diterima oleh ibu pada masa kehamilan dan yang diterima oleh anak setelah melahirkan. Pemberian ASI ekslusif oleh ibu dapat selama enam bulan umur bayi dapat membantu dalam meningkatkan kesehatan dan perkembangan bayi. Fungsinya yaitu dapat menjadikan bayi mempunyai level kolesterol rendah dan meningkatkan perkembangan kognitif dan ketajaman visual bayi.

b.      Kebiasaan Orang Tua
Yang termasuk dalam faktor ini yaitu kebiasaan orang tua yang baik, yaitu dengan tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok selama masa kehamilan. Survey yang dilakukan pada salah satu negara yaitu bhutan melaporkan persentase konsumsi alkohol dan rokok oleh kaum wanita sebanyak 2,4% dari 2,8% keseluruhan. Dengan tidak melakukan hal tersebut, orang tua telah menyelamatkan anak dari konsekuensi kesehatan dan hasil negatif lainnya.

c.      Perawatan Anak
Faktor perawatan anak ini sangat penting bagi mengembangkan kemampuan kognitif dan bahasa anak pada usia 6 bulan sampai tiga tahun kehidupannya. Pada saat anak tidak menerima hal seperti ini pada tahun – tahun awalnya, ia akan mempengaruhi perkembangan otak yang kemudian berlanjut pada keterlambatan kognitif, sosial dan behaviorial

d.      Lingkungan
Faktor lingkungan yang baik dan sehat dapat mempengaruhi perkembangan bayi tersebut. Lingkungan yang baik dan sehat dapat menjauhkan anak dari berbagai kemungkinan terjangkit penyakit menular yang dapat menyebabkan perkembangan anak tersebut terganggu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

e.      Sosial Kultural

Faktor ini dapat meliputi kebiasaan pemberian makan dan perawatan. Kebiasaan pemberian makanan dilakukan dengan mengurangi pemberian makanan menyerupai susu pada awal kelahiran dan melaksanakan pemberian ASI antara kulit ke kulit. Di sisi lain perawatan pada anak perlu ditingkatkan pada tahun awal kelahirannya karena anak pada masa itu memiliki potensi untuk belajar setelah lahir di dunia dan mereka belajar melalui melihat, melakukan mendengar dan menyentuh sesuatu. 

3.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ABNORMAL
Faktor-faktor internal yang menyebabkan perkembangan abnormal pada janin di dalam rahim ibu di antaranya infeksi intrauterin, obat-obatan, usia ibu, gizi ibu, riwayat obstetrik, penyakit yang diderita ibu, antenatal care, prematur dan mutai gen (Maharani, 2013).

Kelainan kongenital adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada neonates, ini adalah salah satu penyebab perkembangan tidak normal. Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul semenjak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Adapun penyebab dari kelainan kongenital adalah faktor usia, faktor kromosom, faktor mekanik, faktor infeksi, faktor obat, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor fisik pada rahim, faktor gizi, riwayat kesehatan ibu, paritas, jarak kehamilan (Maryanti, 2015).
Penyakit jantung bawaan (PJB) ialah kelainan struktural akibat malformasi jantung, aorta dan atau pembuluh darah besar, dan merupakan kelainan kongenital tersering pada bayi baru lahir. Tetralogi Fallot merupakan salah satu PJB dengan sianosis sentral, dan mencakup 5-10% dari seluruh PJB. Secara garis besar PJB dibagi atas dua kelompok, yaitu sianotik dan asianotik. Pada PJB sianotik terjadi sianosis sentraloleh karena aliran darah paru berkurang akibat obstruksi aliran keluar ventrikel kanan sehingga terjadi pirau kanan ke kiri. Tetralogi Fallot merupakan kombinasi  dari empat komponen yaitu defek septum ventrikel (VSD), obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, hipertrofi ventrikel kanan, dan overriding aorta. Tetralogi Fallot dengan atresia pulmonal (Tetralogy of Fallot Pulmonary Atresia = ToF-PA) merupakan salah satu varian ekstrim dari tetralogi Fallot. Atresia pulmonal didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas lumen atau tidak ada aliran darah langsung dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dimana katup pulmonal tidak terbentuk sebagaimana mestinya. Selain itu, Anak dengan PJB sianotik berisiko lebih besar untuk infeksi yang lebih berat ( Supit, A. I., 2012).
Tumor atau neuplasma dapat diartikan sebagai suatu pertumbuhan abnormal dan tidak terkontrol jaringan yang mengalami transformasi atau perubahan pada satu atau lebih tempat utama dalam tubuh inang. Penyakit degeneratif ini merupakan salah satu penyakit pada hewan piara, khususnya anjing dan kucing yang sering ditemui di lapangan . Pada umumnya penyakit tumor ini diobati dengan cara operasi dan biasanya akan muncul kembali setelah lebih dari 6 bulan. Penyakit tumor atau neoplasma merupakan salah satu masalah dalam dunia medis yang sangat penting untuk segera ditangani. Penyebab tumor sangat bervariasi dan sangat komplek sehingga dalam penanganannya pun sangat sulit, apalagi biasanya hewan yang terkena penyakit ini dibawa ke dokter hewan setelah stadium lanjut ( Gunanti, S., 2009).

4.      MACAM-MACAM GANGGUAN PERKEMBANGAN ANAK YANG ABNORMAL (MENTAL.PSIKOLOGI,DLL)
Selama perkembangan yang abnormal, organisme dapat mengalami gangguan keadaan yang tidak seperti biasanya atau mengalami beberapa kelainan. Gangguan yang dapat dialami antara lain :
a.             Gangguan Genetik
                        Kelainan genetik dapat diwarisi sebagai sifat resesif sederhana, kalianan ini memepunyai tingkat keparahan yang berbeda mulai dari sifat yang relatif tidak berbahaya, seperti albinisme (ketiadaan pigmen kulit), penyakit hungtingtin, penyakit jantung, kanker, dan kelainan skizofernia. Hal ini terjadi ketika terjadi perkembangan alel membuat sel-sel hemoglobin menghasilkan protein abnormal. Hemoglobin abnormal akan merusak sel darah merah sehingga muncul beberapa gangguan dalam tubuh (Campbell, 2008). Berikut ini contoh organisme yang mengalami kelaianan (Albino).










b.             Gangguan Fisik/Psikomotorik
Stimulasi perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu seperti faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan dimana pada keluarganya rata-rata perkembangan motorik lambat. Gangguan fisik seperti penyandang disabilitas, kelainan pertumbuhan tulang ataupun otot. Faktor-faktor tersebut meliputi genetic, lingkungan, mekanisme, toksin/zat kimia, gizi, hubungan anak dengan keluarga, dan stimulasi selama dalam kandungan (Ruauw, 2019).








c.             Gangguan Psikologi/Mental
Sesorang yang mengalami perkembangan abnormal mulai dari dalam kandungan hingga tumbuh dewasa biasanya akan mengalami gangguan psikologi. Perkembangan yang abnormal, sebagian individu akan mengalami perilaku yang abnormal juga seperti masalah dalam hal penyesuaian diri dengan lingkungan sosial, mengalami stress atau kecemasan akan dirinya, menganggap dirinya sulit bersosialisasi (Gea, 2013).


TUGAS
SOAL:  Bagaimana secara molekuler faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan abnormal secara genetis melaluui mutasi gen.
JAWAB:

NO
FAKTOR
PENJELASAN
1.       
Pewarisan Sifat (Mutasi Gen)

Pewarisan makhluk hidup dibawa oleh gen yang terdapat di dalam kromosom. Kromosom diketahui menjadi tempat utama dari materi genetik yaitu sifat  DNA dan RNA. Bentuk kromosom, struktur kromosom, serta evolusi kromosom. Mutasi merupakan perubahan permanen yang dapat diturunkan yang terjadi pada materi genetik. Kelainan kromosom pada penderita menimbulkan variasi jumlah kromosom bila dibandingkan dengan orang normal, yang mempunyai karyotype 46, XX (pada wanita) atau 46, XY (pada pria). Pada sindrom Down dengan trisomi 21 mempunyai karyotype 47, XX +21 atau 47,XY+21, sindrom Klinefelter 47,XXY. Hal tersebut dapat terjadi karena peristiwa nondisjunction yaitu kegagalan sepasang kromosom untuk memisahkan selama meiosis, yang merupakan proses di mana sel telur dan sperma mereplikasi diri dan membagi. Akibat kegagalan ini dapat terjadi perkembangan abnormal pada embrio. Kelainan kromosom ini dapat diturunkan dari orang tua ataupun terjadi secara de novo  dan berkontribusi besar terhadap terjadinya cacat lahir pada bayi(Tjahjani, 2013).
2.       
DNA
Faktor genetis akan mempengaruhi mutasi DNA gen-gen otak dalam mengkode protein yang penting dalam perkembangan, pemeliharaan dan regulasi sirkuit-sirkuit syaraf pada anak dan selajantunya akan mempengaruhi tingkah laku (Alfiatin, 1998 :44).

3.       
Mutasi Gen dari Radiasi Sinar X Dental

Stokastik Genetik Mutasi dapat disebabkan oleh faktor eksternal atau terjadi secara spontan. Mutasi dan kerusakan kromosom kemungkinan diakibatkan oleh ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki diri atau gen pengontrol kehilangan kendali proses proliferasi dan diferensiasi. Hal inilah penyebab terjadinya keganasan. Radiasi sinar X merupakan salah satu faktor eksternal penyebab yang potensial, radiasinya dapat meningkatkan  laju  latar kerusakan  DNA  sekitar  1  % yang  terjadi  secara alamiah.  Radias pada organ reproduksi dapat merusak DNA dari sperma atau sel telur. Hal ini dapat menyebabkan kelainan kongenital pada keturunan dari orang yang terpapar radiasi tersebut. Wanita hamil yang telah menjalani prosedur radiodiagnostik memiliki perkiraan resiko teratogenik yang tinggi (beresiko terjadi  malformasi utama sebesar 25,5%). Ketika janin terpapar dengan radiasi sinar X akan menyebabkan kerusakan dan perkembangan yang abnormal (Woroprobosari, 2016).

4.       
Mikrodelesi Kromosom Y

Masalah infertilitas laki-laki sering terjadi karena adanya gangguan pada kromosom Y. Struktur kromosom Y mempunyai Pseudo Autosomal Region (PAR) pada kedua ujung lengannya. PAR1 terletak di ujung lengan pendek (Yp) dan PAR2 di ujung lengan panjang (Yq). PAR berfungsi untuk berpasangan dengan kromosom X pada waktu meiosis. Gen SRY menentukan inisiasi perkembangan testis pada masa embrio, terletak di Yp dan berbatasan dengan PAR1. Gen AZF adalah gen yang terletak pada kromosom Y lengan panjang regio 1 band 1 (Yq11). Gen AZF berfungsi untuk mengatur spermatogenesis. Gen AZF terletak di zona eukromatik Yq dan mengalami delesi de novo yang tidak tampak pada tingkat sitogenetik (mikrodelesi) pada penderita azoospermia. Seringkali laki-laki infertil yang mengalami delesi lebih dari dua lokus, menderita SCOS tipe I dengan analisis semen berupa azoospermia.11 Mikrodelesi kromosom Y merupakan salah satu penyebab infertilitas laki-laki yang dapat diturunkan kepada anak laki-laki. Ketika pada masa embrio mengalami mikrodelesi kromosom Y maka akan berpengaruh pada perkembangannya (Forseta, 2001).




DAFTAR PUSTAKA

Alfiatin, T. 1998. Adiksi : Tinjauan aspek genetis. Jurnal Buletin Psikologi. Vol 1 (40) : 43-4. ISSN: 0854-7108.
Atosokhi Antonius.G.  2013. Psychological Disorder Perilaku Abnormal: MAitos dan Kenyataan.    Jurnal Psychological Disorder Perilaku. Vol 4 (1): 693-696.
Campbell, Neil A, Reece, Jane B, and Mitchell, Lawrence G. 2002.Biologi Jilid I Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga.
Foresta C, Moro E, Ferlin A. 2001. Y chromosome microdeletions and alterations of spermatogenesis.Endocrine Rev. Vol 22(2): 229,236.
Gea, Antonius Atosökhi. 2013. Psychological Disorder Perilaku Abnormal: Mitos Dan Kenyataan. Jurnal Humaniora. Vol 4(1): 695-696.
Gunanti, S., Bambang, P. P., Ietje, W., Ros, S. 2009. PENGOBATAN PENYAKIT TUMOR MAMMAE MELALUI OPERASI (MASTEKTOMI DAN OVARIOHISTEREKTOMI) DAN KOMBINASINYA (TANAMAN HERBAL) PADA HEWAN.Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.Vol 14 (1). Hal: 6-7. ISSN 0853 – 4217
Kusumaningtyas Kharisma dan Sri Wayanti.2016. Faktor Pendapatan dan Pendidikan Keluarga Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 3-4 Tahun.Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Vol 7 (1): 52.
Maharani, T dan Radityo, A. 2013.FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN KELAINAN KONGENITAL SISTEM UROGENITAL PADA NEONATUS.JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Vol 1 (1) :6
Maryanti, D dan Kusmawati, D. 2015.Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Kelainan Kongenital.Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA. Vol. VII (1) :37.
Padila, Fatsiwi Nunik Andari, dan Juli andari. 2019. Hasil Skrining   Perkembangan Anak Usia Toddler Antara DDST Dengan SDIDTK. Jurnal Keperawatan Silampari. Vol 3 (1): 246, 248-249.
Ruauw, Julio, Sefti S.J Rompas, Dan Lenny Gannika. 2019. Stimulasi Motorik Dengan Perkembangan Fisik Pada Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Keperawatan. Vol 7(2): 2-3.
Supit, A. I., Erling, D. K. 2012. TETRALOGI FALLOT DAN ATRESIA PULMONAL. Jurnal Biomedik. Vol 4 (3). Hal: 152-153
Tjahjani, Nur Patria. 2013. Kelainan Genetik Klasik: Tinjauan Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an. Jurnal Kajian Pendidikan Islam. Vol. 5(2): 225-226.

Woroprobosari, Niluh Ringga. 2016. EFEK STOKASTIK RADIASI SINAR-X DENTAL PADA IBU HAMIL DAN JANIN. Dental Journal. Vol 3(1): 62.
















               

           Semoga tulisan saya yang dikutip dari berbagai sumber dapat mengedukasi semua teman-teman yang membacanya. Perihal setuju tidaknya teman-teman akan mekanisme mendasar perkembangan normal dan abnormal saya kembalikan kepada kebijaksanaan teman-teman. Pro dan kontra akan metode ini pasti sangat banyak, tetapi juga banyak orang-orang yang sangat terbantu dengan perkembangan teknologi sehingga metode ini bisa hadir dan memudahkan mereka, tentunya dengan berbagai resiko yang ditanggung masing-masing. Terimakasih.  


Kelompok IV
                                                                                     
                                                                                    Jurusan Pendidikan Biologi 
                                                                                    UNIVERSITAS HALUOLEO

No comments:

Post a Comment